Powered By Blogger

Rabu, 08 Mei 2013

Konflik Korea Utara


                
  Korea Utara dan Korea Selatan tengah memanas. Korut terus melancarkan ancaman ke Korsel, dan juga sekutunya, Amerika Serikat. Sementara Korsel dan AS juga bersiap-siap menghadang apapun yang terjadi.
       Iran pun angkat bicara soal ketegangan Korut dan Korsel. Wakil Kepala Staf Angkatan Bersenjata Iran Brigjen Masoud Jazayeri menyatakan, yang menjadi 'biang kerok' dalam konflik 2 negara serumpun tersebut adalah AS. Negeri yang dipimpin Barack Obama itu disebut-sebut sebagai pihak yang membuat Korut dan Korsel memanas.
      "Kekuatan hegemoni dan intimidasi telah memicu ketegangan dan krisis regional dan global. Dan dalam kasus ketegangan Korea, yang salah adalah Amerika Serikat," ujar Masoud, seperti dilansir Press TV, Rabu (10/4/2013).
       Petinggi militer Iran itu menjelaskan, Korut berhak untuk mengembangkan senjata pertahanannya, karena mereka terus-menerus berada di bawah ancaman AS dan sekutu-sekutunya.
       Presiden Rusia Vladimir Putin memperingatkan setiap konflik militer di Semenanjung Korea berpotensi sebuah tragedi nuklir yang lebih buruk dari bencana nuklir Chernobyl pada 1986. Pasalnya, ketegangan di Semenanjung Korea telah menimbulkan kekhawatiran komunitas internasional akan kemungkinan terjadi perang nuklir.
       AS telah mendapat kritikan dari komunitas internasional karena manuver AS ikut mendorong ketegangan ke level lebih tinggi. Mantan pemimpin Kuba Fidel Castro, memperingatkan Presiden AS Barack Obama agar jangan berperang dengan Korut.
      “(Jika berperang), maka Anda (Obama) akan dibanjiri dengan gambaran dan stigma sebagai orang paling bengis dalam sejarah AS. Menghindari perang adalah tanggung jawab Anda, dan seluruh rakyat AS,” tulis Castro dalam kolom harian nasional Granma.
      Castro juga memperingatkan pemimpin Korut, Kim Jong-un, agar menahan diri dari perang karena perang nuklir dapat berdampak pada 70 persen populasi dunia. Castro menggambarkan situasi di Semenanjung Korea sebagai sesuatu yang “luar biasa” dan “absurd” (di luar akal) karena perang tidak akan menguntungkan siapa-siapa.