Powered By Blogger

Minggu, 09 Juni 2013

Ketidakpastian Harga BBM Bikin Rupiah Melemah


Pemerintah hingga saat ini belum memutuskan kepastian waktu kebijakan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi meski sudah ada ancang-ancang akan menaikkan harga BBM pada minggu ketiga Juni ini.
Analis Trust Securities Reza Priyambada menilai, ketidakpastian pemerintah dalam mengumumkan kebijakan kenaikan harga BBM bersubsidi ini menyebabkan nilai tukar rupiah melemah.
"Rilis berita mundurnya jadwal pemberlakuan kenaikan harga BBM turut menjatuhkan rupiah. Pelaku pasar melihat adanya ketidakpastian tersebut sehingga lebih memilih untuk melepas posisi," kata Reza di Jakarta, Senin (3/6/2013).
Reza menganggap, pemerintah belum konsisten menjaga defisit keuangan negara. Pemerintah pun tidak segera tangkas menangani masalah tersebut, khususnya soal kepastian menaikkan harga BBM bersubsidi.
Awalnya, kepastian kenaikan harga BBM bersubsidi ini akan berlaku 1 Juni 2013. Namun ternyata, pemerintah memastikan akan memberlakukan kebijakan tersebut pada minggu ketiga Juni 2013, setelah persetujuan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBNP) 2013 dari DPR. Persetujuan ini terkait dana kompensasi kenaikan harga BBM bersubsidi yang mencapai Rp 30 triliun dengan program-program yang telah disiapkan.
"Dengan mundurnya rencana tersebut maka beban APBN yang ditanggung semakin berat dan dapat mempengaruhi laju neraca perdagangan maupun neraca pembayaran Indonesia," tambahnya.
Di sisi lain, pergerakan nilai tukar rupiah yang terperosok dalam mendekati level Rp 10.000 per dollar AS setelah merespons positifnya data-data Amerika Serikat (AS) di antaranya kenaikan durable goods orders dan lainnya. Dengan adanya komentar The Fed di pekan kemarin membuat setiap rilis data positif memberikan sentimen yang positif pula untuk dollar AS, terutama dengan rencana percepatan penarikan stimulus The Fed.
Meski dollar AS menguat, tetapi terhalangi dengan penguatan Yen Jepang setelah komentar Gubernur Bank of Japan bahwa Jepang mempertimbangkan kenaikan suku bunga.
Selain itu, rupiah juga terkena sentimen negatif oleh rilis berita pemangkasan outlookekonomi China oleh The Fed sehingga terefleksi pada pelemahan Yuan yang berimbas pada sejumlah mata uang di Asia Pasifik, termasuk rupiah.
"Di akhir pekan kemarin, pelemahan rupiah sempat terbatas setelah dollar AS juga turun pasca-kenaikan yield obligasi AS untuk tenor 10 tahun," tambahnya.
Berdasarkan kurs tengah Bank Indonesia (BI) selama sepekan kemarin, rupiah memang tertekan yaitu di level Rp 9.792 per dollar AS di awal pekan menjadi Rp 9.802 dollar AS di akhir pekan lalu. Level tertinggi terjadi di level Rp 9.811 dollar AS.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar